Admin

13 September 2024

96 melihat

Peningkatan Kompetensi Pedagogik Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Pada 12-15 September 2024, kegiatan Peningkatan Kompetensi Pedagogik Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman dilaksanakan untuk mengembangkan kemampuan dosen dalam melaksanakan Tridharma. Dekan FIB, Prof. Dr. M. Bahri Arifin, M.Hum., memberi sambutan dengan mengungkapkan rasa terima kasih kepada pihak Universitas Negeri Malang (UNM) yang telah memfasilitasi kegiatan ini. Dalam hal ini, UNM memberikan dua fasilitator yang mendampingi kegiatan ini menurut kebutuhan dosen-dosen Fakultas Ilmu Budaya Unmul.

Dalam pembukaannya, Prof. Dr. Puji Handayati, S.E., AK, M. M, CA, CMA. selaku Wakil Rektor II UNM menyatakan perbedaan proses belajar di ranah perguruan tinggi sudah jauh berbeda dengan masa kuliah beberapa belas tahun yang lalu. Hal tersebut disebabkan oleh perkembangan mesin pencarian informasi dan peran mesin akal imitasi (AI) yang semakin disempurnakan untuk menunjang pemerolehan pengetahuan. Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi suatu yang utama terutama di bidang pendidikan hingga kapabilitas pengajaran harus semakin maju beriringan dengan perkembangan teknologi melalui perencanaan dan penerapan yang matang dalam kurikulum  Outcome-Based Education (OBE).

Prof. Dr. Waras Kamdi, M.Pd. adalah Guru Besar bidang Teknologi Pendidikan di UNM. Selaku narasumber sesi pertama, Beliau memberikan materi utama berjudul Asesmen dan Evaluasi di Pendidikan Tinggi. Evaluasi pada perguruan tinggi mencakup Evaluasi Sumatif seperti akreditasi dan Evaluasi Formatif seperti pengembangan program kurikuler baru. Sementara itu, pada asesmen pembelajaran (tingkat kelas) memerlukan pengukuran hasil belajar dari fase ke fase untuk mengetahui kemajuan belajar dan memperbaiki proses pembelajaran melalui asesmen kelas melalui tes, portofolio, rubrik, proyek, dsb. Dari situ, asesmen terstandar dapat dibuat untuk mengukur capaian belajar berdasarkan standar pendidikan agar inventori asesmen dapat berlanjut pada asesmen sumatif. Ada beberapa prinsip kelas yang perlu untuk menunjang evaluasi kelas, yaitu: 1) Penilaian kelas harus didefinisikan dalam hal peningkatan pembelajaran mahasiswa yang mencakup: proses, evaluasi, dan tujuan, 2) Penilaian kelas adalah ranah pihak yang paling bertanggung jawab langsung atas pembangunan lingkungan instruksional, dosen, 3) Penilaian kelas dilaksanakan melalui penggunaan tugas-tugas mata kuliah yang bijaksana, 4) Penilaian kelas merupakan elemen penting dari penilaian institusional, dosen dan administrator institusional harus berkolaborasi.

Di sesi kedua, Prof. Dr. I. Nyoman S. Degeng, M.Pd memberikan materi yang bertajuk VUCA (volatile, uncertain, complex, ambiguous) World dimana kemajuan teknologi informasi (digitalisasi) sehingga terjadi perubahan yang begitu cepat menciptakan ketidakpastian, kompleksitas keragaman perilaku, dan kesangsian pengambilan keputusan. Situasi ini telah terjadi sejak akhir 80-an sehingga perlu sebuah tindakan untuk menyikapi VUCA. Sebab kondisi VUCA setidaknya telah membuat fenomena kejiwaan seperti ketidakpercayaan, kebimbangan, kekhawatiran, curiga, dan ketidaksabaran. Beliau turut menyampaikan kunci untuk menghadapinya dengan VUCA Prime: Vision, Understanding, Clarity, Agility. VUCA Prime menekankan pada ketegasan dalam mencapai visi. Dan dalam kompetensi dunia kerja, seorang dosen juga dituntut untuk berpikir kreatif, dapat mengambil keputusan, dapat memecahkan masalah, mempunyai kemampuan belajar, dapat berkolaborasi, dan mampu mengelola diri.

Kompetensi tersebut sesungguhnya telah tertuang dalam strategi pembelajaran kontekstual dengan, (1) memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menciptakan, menghasilkan, atau melakukan sesuatu (2) mendorong tingkat berpikir yang lebih tinggi dan keterampilan pemecahan masalah (3) memberikan tugas dengan aktivitas belajar yang bermakna serta (4) menerapkan dalam konteks nyata. Namun, sistem pendidikan selalu berubah dalam hal kemasan yang menciptakan kesibukan-kesibukan baru dalam penyesuaian-penyesuaiannya sehingga esensi transformasi pendidikan jauh dari kata tercapai. Beberapa paradigma harus diubah misalnya pembelajaran tatap muka yang memenjarakan siswa sebab terlalu berfokus pada hasil kompetensi hasil dan mengabaikan proses. Hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan dalam penerapan kurikulum OBE sehingga Kurikulum Merdeka dapat memerdekakan minat belajar peserta didik dan partisipasi dosen yang semakin konstruktivistik. (JISD Max)