
FIB Unmul Sukses Selenggarakan Seminar Nasional SESANTI 2025 dengan Semboyan "Merawat Multikulturali
Samarinda, 2 Oktober 2025 – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman (FIB Unmul) sukses menyelenggarakan Seminar Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya (SESANTI) 2025. Seminar nasional dua tahunan ini dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring) dan diikuti oleh 59 pemakalah serta 50 peserta mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan dan instansi di Indonesia. Beberapa institusi yang turut berpartisipasi antara lain Universitas Mulawarman, Balai Bahasa Kalimantan Timur, Universitas Andalas, Universitas Hasanuddin, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Politeknik Negeri Padang, UIN Sunan Kalijaga, serta Universitas Kristen Immanuel. Tahun ini, SESANTI 2025 mengusung tema “Merawat Multikulturalisme dalam Semangat Kebangsaan.” Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Rektor Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Ir. H. Abdunnur, M.Si., IPU., ASEAN Eng., yang dalam sambutannya menegaskan bahwa ilmu-ilmu humaniora memiliki peran penting dalam menjawab tantangan zaman, sekaligus memperkuat persatuan bangsa melalui keragaman budaya.
Sumber Foto: HUMAS FIB UNMUL
Dalam sesi sidang pleno, hadir empat pembicara kunci yang menyampaikan pandangan akademis terkait bahasa, sastra, seni, dan budaya dalam perspektif multikulturalisme, yaitu:
1. Prof. Dr. Tri Indri Hardini, M.Pd. (Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, Universitas Pendidikan Indonesia)
2. Dr. Fortunata Tyasrinestu, M.Si. (Pascasarjana ISI Yogyakarta)
3. Dr. Ahmad Mubarok, S.Pd., M.Hum. (Fakultas Ilmu Budaya Unmul)
4. Dr. Li. Aries Utomo, M.Pd. (Fakultas Ilmu Budaya Unmul)
Materi yang dipaparkan pada sesi sidang pleno dapat dirangkum ke poin-poin penting berikut. Prof. Dr. Tri Indri Hardini menekankan pentingnya bahasa Indonesia sebagai media pemersatu bangsa. Menurut beliau, penggunaan bahasa Indonesia merupakan perwujudan Sila Ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia. Sementara itu, Dr. Fortunata Tyasrinestu menggarisbawahi peran seni dan bahasa sebagai dua pilar efektif dalam merawat keragaman. Beliau mencontohkan pengemasan seni tradisi ke dalam bentuk modern, seperti fenomena musik Tabola Bale dan Orkestra Jawa Kidung Bocah, yang mampu menjaga eksistensi bahasa daerah sekaligus memperkuat persatuan nasional. Dr. Ahmad Mubarok memaparkan peran peribahasa lokal sebagai media pewarisan nilai budaya, khususnya dalam tradisi pernikahan masyarakat Banjar. Menurutnya, peribahasa menjadi instrumen penting untuk memastikan nilai-nilai budaya tetap hidup lintas generasi. Adapun Dr. Li. Aries Utomo menyoroti studi lanskap linguistik di ruang publik kota-kota penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN). Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa di ruang publik tidak hanya merefleksikan kebijakan bahasa, tetapi juga nilai identitas, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat.
Setelah sidang pleno, kegiatan berlanjut ke sesi paralel yang menghadirkan pemakalah dengan beragam topik sesuai subtema SESANTI 2025, antara lain:
1. Narasi identitas dan ketahanan budaya dalam multikulturalisme
2. Perempuan dan multikulturalisme
3. Ekokritik, antroposen, etika lingkungan, dan keberlanjutan
4. Bahasa dan kearifan lingkungan tradisional
5. Bahasa, teknologi, dan kecerdasan buatan (AI)
6. Penerjemahan dan transkreasi lintas budaya
7. Kajian tradisi untuk pemajuan kebudayaan
8. Musik, lingkungan, dan kearifan tradisional
9. Tari, popularitas, dan komodifikasi budaya
Dengan dukungan panitia, pembicara kunci, pemakalah, dan peserta, seminar ini terselenggara dengan sukses, lancar, dan sarat suasana akademis yang penuh penghargaan terhadap keberagaman. Pelaksanaan SESANTI 2025 juga menjadi semakin bermakna karena bertepatan dengan perayaan Hari Batik Nasional dan Bulan Bahasa dan Sastra Nasional. Sebagai penutup rangkaian kegiatan, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman turut mengumumkan pembukaan penerimaan mahasiswa baru untuk Program Magister (S-2) Kajian Kebudayaan pada semester ganjil tahun akademik 2026/2027 mendatang. (SAG)