25 Januari 2024

142 melihat

Kurikulum OBE: Bukan Sekedar Trend

 

25 Januari 2024. Bertempat di Hotel Fugo, Sungai Kunjang, Samarinda, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman menyelenggarakan Lokakarya Kurikulum Outcome-based Education. Dibuka langsung oleh Rektor Universitas Mulawarman, Prof. Dr. Ir. H. Abdunnur, M.Si, IPU, beliau menyampaikan kebanggaaan terhadap program dan rencana kerja FIB Unmul sebagai fakultas termuda diantaranya rencana pembukaan program studi S1 Seni Tari dan S2 Kajian Budaya. Dalam kesempatan ini Dekan FIB Unmul beserta jajarannya juga menekankan pada pentingnya Kurikulum OBE (Outcome-based Education) yang akan menjadi jembatan antara institusi pendidikan dan kebutuhan dunia kerja. Untung menyelaraskan kebutuhan tersebut, diundang pula mitra kerjasama FIB. Di antara yang hadir adalah perwakilan Dewan Kesenian Daerah Kaltim, PHRI, Kadin Provinsi Kaltim, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kota Samarinda, Universitas Muhammadiyah Kaltim, Kantor Bahasa Samarinda, Taman Budaya Samarinda, TVRI Kota Samarinda, UPT Balai Bahasa Samarinda, SMKN 7 Samarinda, dan SMAN 11 Samarinda, juga perwakilan alumni FIB Unmul.

Sesi pertama lokakarya ini diisi dengan tiga Koordinator Program Studi memaparkan rancangan kurikulum OBE yang diharapkan bersinergi dengan kebutuhan kerja nasional dan Samarinda pada khususnya. Rancangan kurikulum OBE tersebut menegaskan muatan mata kuliah baru yang mencerminkan pengetahuan dan keterampilan bahasa dan budaya dalam ranah humaniora dan profil lulusan masing-masing program studi. Dalam sesi tanggapan mitra, Wakil Ketua Kadin Provinsi Kaltim H. M. Sjafruddin Achmad, menyoroti pentingnya penguatan kemampuan Bahasa Inggris dalam menunjang pariwisata. Selain itu, Dra. Hj. Novarita, M. M. sebagai Kepala Taman Budaya Kota Samarinda mengutarakan keinginannya untuk memperbanyak kolaborasi bersama FIB Unmul terutama dalam bidang penelitian budaya, pameran musik budaya, juga berharap banyak lulusan FIB Unmul diserap sebagai pegawai di Taman Budaya.

 

Pada sesi kedua, Bapak Hamdani dari Dewan Kesenian Daerah Kalimantan Timur menuturkan sebuah kendala dalam pemajuan kesenian di Kaltim karena kurangnya wawasan administratif pada praktisi seni sehingga kedepannya dibutuhkan alumni yang bukan hanya berperan sebagai konseptor namun sebagai eksekutor dan administrator.  Selain itu, beliau menyarankan untuk memberi perhatian pada pilar budaya di Kaltim yaitu, pesisir, pedalaman, urban, dan khususnya budaya keraton dengan ragam musiknya tersendiri. Beliau menekankan pentingnya  konten lokal dalam setiap proses pembelajaran yang terlaksana di FIB. Lebih lanjut, beliau mengharapkan adanya bantuan serta kolaborasi dari prodi Sastra Inggris untuk berkolaborasi dalam menyediakan teks terjemahan naskah drama Inggris klasik untuk perkembangan teater. Menangkap pesan baik, Koordinator program studi Sastra Inggris, Sastra Indonesia, dan Etnomusikologi sepakat menampung masukkan tersebut untuk dijadikan rujukan pengayaan muatan mata kuliah. Tidak ketinggalan, alumni FIB hadir memberi penguatan terhadap tema lokakarya. Luthfi Hidayat,  alumni Sastra Inggris menyampaikan antusiasnya pada mata kuliah baru yang muncul dalam kurikulum OBE yang dapat memperkaya keterampilan kerja lulusan. Ia berharap FIB Unmul semakin menghasilkan lulusan yang berkualitas. 

 

Menutup hasil diskusi dalam lokakarya ini, Dekan FIB, Prof. Dr. M. Bahri Arifin, M.Hum. membuka peluang kerjasama bagi semua mitra yang membutuhkan kolaborasi dengan semua prodi yang ada di Fakultas. Diskusi lebih lanjut dengan pihak mitra dapat dilanjutkan dalam diskusi internal. Lokakarya selesai sekitar pukul 4 sore dengan suasana hangat, akrab, dan dihujani pantun-pantun jenaka. (Irene & Saferi)