Admin

15 Oktober 2025

69 melihat

FIB Unmul Teguhkan Komitmen Multikulturalisme yang Inklusif di Ibu Kota Nusantara

Samarinda, 15 Oktober 2025 – Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman menyelenggarakan kuliah umum bertema “Mewujudkan Masyarakat Multikultural yang Inklusif di Ibu Kota Nusantara (IKN)” secara hybrid, daring melalui Zoom Meeting dan juga Luring di ruang Aula A6 Fakultas Ilmu Budaya yang dihadiri oleh civitas akademika dan juga para peserta yaitu seluruh mahasiswa dari  Fakultas Ilmu Budaya.

Kegiatan ini menghadirkan Dr. Sri Ningsih, M.Hum, dosen di Akademi Kebidanan sekaligus peneliti di bidang linguistik dan kesehatan masyarakat, sebagai pembicara utama dengan topik materi berjudul “Bahasa sebagai Obat Sosial: Inklusi Budaya dan Kesehatan untuk Vitalitas Bangsa. Meneropong Pemertahanan Bahasa dari Sudut Pandang Interdisipliner.”

Acara  ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Dr. M. Bahri Arifin, M.Hum. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kuliah umum ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalis FIB ke-7 sekaligus memperingati Dies Natalis Universitas Mulawarman ke-63. Beliau juga menegaskan bahwa tema ini relevan dengan semangat Fakultas Ilmu Budaya sebagai pilar multikulturalisme yang dimulai dari kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan diharapkan dapat menyebar ke seluruh wilayah Nusantara.

Sambutan juga disampaikan oleh Dr. Mardliya Pratiwi Zamruddin, M.A. selaku ketua panitia. Ia menuturkan bahwa kegiatan ini menjadi sarana untuk memperkaya wawasan keilmuan di era pembangunan Ibu Kota Nusantara, serta menjembatani teori yang dipelajari di kelas dengan isu-isu aktual di masyarakat, khususnya dalam bidang ilmu budaya.

Dalam pemaparannya, Dr. Sri Ningsih menguraikan keterkaitan antara bahasa, budaya, dan kesehatan melalui perspektif linguistik interdisipliner. Ia menjelaskan bagaimana teori Ethnolinguistic Vitality (EV) dapat digunakan untuk memahami peran bahasa dalam menjaga inklusi sosial, khususnya dalam konteks layanan publik dan kesehatan. Materi ini juga menyoroti hubungan antara komunikasi lintas budaya dengan tingkat kepercayaan, kepatuhan, dan kualitas pelayanan yang lebih setara bagi masyarakat multibahasa.

Selain itu, pemateri juga membahas pentingnya multimodalitas dan semiotika kesehatan sebagai pendekatan baru dalam memahami komunikasi kesehatan. Ia menjelaskan bahwa penyampaian pesan kesehatan tidak hanya melalui teks, tetapi juga melalui gambar, warna, suara, dan gerak yang bersama-sama membentuk makna yang lebih kaya. Pendekatan ini dinilai efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu kesehatan dan memperkuat peran bahasa sebagai sarana penyembuhan sosial.

Kegiatan ini turut menghadirkan sesi diskusi interaktif bersama mahasiswa dan dosen, baik yang mengikuti secara luring maupun daring. Para peserta tampak antusias dalam mengajukan pertanyaan dan berbagi pandangan mengenai relevansi bahasa dalam konteks kesehatan dan pembangunan masyarakat multikultural. Diskusi yang berlangsung hangat ini menunjukkan semangat kolaboratif antara mahasiswa, dosen, dan narasumber dalam memperkuat kesadaran linguistik serta nilai-nilai inklusivitas di lingkungan akademik.

Melalui kegiatan ini, FIB Unmul terus berupaya memperkuat peran bahasa dan budaya dalam mewujudkan masyarakat multikultural yang inklusif, sejalan dengan semangat pembangunan Ibu Kota Nusantara sebagai simbol persatuan bangsa.