Puisi

Admin

12 Mei 2024

171 melihat

Kalah Berperan

Oleh : Awanda Pasutri
Program Studi : Sastra Indonesia

Ayahku tidak pernah mati.
Selalu seperti barusan
kudengar suaranya melantunkan sepenggal syair tua,
kurasakan hangat telapaknya mengelus
-elus tubuhku yang tak mungil lagi
agar lekas tertidur.

Ayahku tidak pernah mati.
Ibu pergi selepas mengkhianati cintanya.
Ibu menyobek paru-paru lemahnya dan memaksakan
sebejana biji-biji bunga
tumbuh
di atasnya.
Hingga penuh,
hingga lumpuh.

Ayah berkata, merry-go-round yang kami tatap di pasar malam
dulu juga pernah bekerja,
indah, dan membuai pada masanya.
“Aku dan ibumu pertama kali berkencan di sini. Namun,
berjuta sayang, pemiliknya mendadak berbalik kaki”.
Komedi putar itu masih berputar, tetapi dimana?
Ia bersimpuh, menatap ibu
yang enggan menetap.
Firasat yang ajaib saja tak cukup mematahkan tangan kanannya.
Tak cukup menjadikannya brengsek seperti laki-laki

yang sanggup meluluhlantakkanku.

Ayahku tidak pernah mati.